Malaysian Trip 2019 

(Day I)



Pekerjaan sehari-hari sudah sampai pada level yang sangat menggerahkan. Jenuh. Kepala ini butuh asupan yang adem-adem. Saya dan istri sudah lama berencana untuk pergi liburan. Pilihan pertama adalah Jogjakarta. Pilihan kedua, Tanjungpinang. Pilihan ketiga, Padang. Pilihan terakhir adalah Malaysia. Akhirnya, setelah melewati berbagai macam pertimbangan, kita memilih Kuala Lumpur sebagai destinasi wisata kita tahun ini.


Persiapan

Saya dan istri sudah memiliki paspor sejak tahun lalu. Istri sudah pernah ke Singapore, saya ke Thailand. Jadi, untuk masalah paspor sudah clear. Eh, tapi, dengan adanya penambahan anggota keluarga, harus ada paspor juga dong. Mulai lah kita siapkan segala sesuatunya. Agak ribet memang, karena kita belum punya Kartu Keluarga (KK). AKte kelahiran anak juga belum ada. Jadi yang pertama harus diurus adalah surat pindah dari Riau ke Sumut agar bisa mengurus KK. Skip, skip. Karena yang bantu urus adalah keluarga di Riau, prosesnya agak lama. Sekitar 2 bulan. Karena yang urus juga sibuk dengan pekerjaan sehari-hari.

Setelah dapat surat pindah. Mulai lah kita urus KK dan akte kelahiran Langit. Beruntung, karena saya pernah ikut gotong royong di Lingkungan, saya jadi kenal dengan Kepala Lingkungan (Kepling). Beliau bersedia urusin sampai selesai semuanya. Mulai dari KTP, KK, dan juga Akte Kelahiran. Seminggu selesai. Meski KTP masih dalam bentuk resi, tapi KK dan akte kelahiran sudah ada. Jadi sudah bisa urus paspor anak dong? Bisa lah. Tinggal 
cari waktu untuk sama-sama datang ke imigrasi.

Oke, urusan imigrasi kelar. Cepat sekali. Datang pagi jam 8, jam 10 sudah selesai foto. bayar, 3 hari kemudian sudah dapat paspor. Ajuin cuti, beli tiket. Ready semua, tinggal berangkat.


Keberangkatan

Waktu yang kami pilih untuk berangkat adalah tanggal 7-10 Desember 2019.  Tanggal 6 malam, kami berangkat dari stasiun kota Rantauprapat menuju Stasiun Medan. Berangkat pukul 22.00, tiba di Medan pukul 04.00. Flight kami pukul 11.00 WIB. Jadi masih ada waktu. Kami memutuskan untuk ambil tiket Railink ke Bandara pukul 07.00 saja. Setelah selesai sarapan. Jadi punya tenaga untuk nanti antre di imigrasi.

Tunggu, sepertinya ada yang berbeda di Stasiun Railink Medan. Iya, beda. Terakhir saya berangkat ke Serpong, keberangkatan masih di lantai bawah. Sekarang, sudah di lantai atas. Sudah jauh lebih rapi dan keren. Ruang tunggunya bersih, toilet bersih. Pembelian tiket memang sudah lama tidak lagi menggunakan cash, namun sudah menggunakan kartu debit/credit. 

Ruang Tunggu Stasiun Railink
Keberangkatan sangat tepat waktu. Pukul 07.00 WIB kita sudah bergerak menuju Kualanamu. Sampai sedikit lebih cepat dari biasa. Di bandara langsung check-in. Masukin koper ke bagasi. Lalu ke imigrasi. Lihat-lihat, stempel, oke, masuk ke ruang tunggu. Di ruang tunggu cukup lama. Langit sudah bete. Pengen turun ke lantai dan merangkak. Saya dan istri bergantian mengajak Langit main-main di sekitaran ruang tunggu. Di paling ujung, dekat Lounge Garuda, ada tempat bermain anak-anak. Sekalian kita juga beli SIM Card Malaysia, Hotlink. Paket data hanya 1 GB dan pulsa 14 ringgit. Harga seratus ribu rupiah. Meski sedikit lebih mahal, tidak apa. Supaya di Kuala Lumpur bisa langsung pesan Grab Car. 


Penampakan kartu SIM Card Hotlink


Oiya, kita juga bawa stroller ke pesawat. It's OK. Air Asia memperbolehkan membawa stroller bayi, asalkan sudah ditagging sebelumnya. 

Ternyata penerbangan dari Kualanamu menuju KLIA2 sangat cepat, hanya 45 menit. Perasaan baru take off, eh sudah ada pengumuman bahwa akan landing sebentar lagi. Kami turun di KLIA2, stroller langsung diserahkan crew pesawat, tanpa harus menuju ke baggage claim.  Jadi sudah bisa langsung dorong Langit. 

KLIA2 ini luasnya luar biasa. Jadi, setelah landing, saya dan istri, juga beberapa orang lainnya sibuk mencari di mana imigrasi. Petunjuknya kurang jelas. Sesampainya di sana, ratusan orang sudah antre (queue). Mungkin di imigrasi KLIA2, kami menghabiskan waktu sekitar 1 jam. Setelah dapat approval imigrasi, klaim bagasi, langsung menuju kaunter tiket bas. Beli tiket menuju KL Sentral. Harganya RM12 per orang atau sekitar Rp40,800.

Tiket bus dari KLIA2 ke KL Sentral
Sesampainya di KL sentral sudah pukul 16.00 waktu Kuala Lumpur. Kalau di handphone Xiaomi yang saya pakai, sudah ada waktu setempat (local time) dan juga waktu Jakarta (WIB). Jadi tidak kebingungan lagi. Selisihnya 1 jam lebih cepat. Berarti di Medan baru pukul 15.00 WIB.

Nah, drama dimulai sesampainya kita di KL Sentral. Turun dari bus, liat Google Maps, ternyata masih ada sekitar 2 Km lebih lagi menuju hotel. Berarti harus pesan Grab. Masalahnya, kami tidak tau tempat yang akan dijadikan pick-up point. Kalau dibuat di KL Sentral, kan terlalu luas. Sementara, di terminal kedatangan, kendaraan yang boleh masuk, hanya bus saja. Kendaraan lain tidak diperbolehkan. Akhirnya nekat, pilih pick up point di depan Public Bank. 

 Drivernya sudah telp-telp memakai Bahasa Melayu logat India. Namun tidak jelas apa yang dibicarakan. Ternyata dia sudah sampai di depan Public Bank, dan sudah mutar-mutar 3 kali. Namun kami belum kelihatan. Ya iyalah, kami masih di parkiran KL sentral. Akhirnya dengan wajah sedikit emosi, uncle ini ketemu kami juga. Sepanjang perjalanan kami diam saja. Bukan karena marah, tapi nggak tahu mau ngomong apa. Hahahahahahaha.


Tempat nunggu Grab

Sesampainya di hotel, check in. Meski sudah bayar full pada saat booking, tapi tetap harus bayar deposit sebesar RM100 plus pajak tourist RM10 per malam. Berarti total RM130. Dapat kamar di Lantai 37. Lantai paling atas. 

Sayangnya, waktu kami terbuang lagi sekitar 1 jam saat menunggu lift ke lantai 37. Yang antre rame banget. Sementara Lift yang bisa dipakai hanya 3. Dan tidak ada petunjuk liftnya sedang berada di lantai berapa. Jadi, semua yang lagi nunggu hanya bisa menebak-nebak. 


Nasi Kandar Kepala Ikan Bawal
Sesampainya di kamar. Istirahat sebentar, makan mi gelas, kemudian lanjut isi perut dulu. Pilihan pertama adalah makan nasi kandar. Dari hotel kami naik grab dengan biaya RM10, menuju Nasi Kandar Mohd Yaseen. Dari review yang kami baca di internet, katanya ini sih nasi kandar paling enak di KL. Jadi penasaran.

Ternyata nasi kandar ini adalah nasi yang diselimuti kuah dan bumbu. Rasanya kayak makan nasi pakai kuah Sate Padang. Dan porsinya, tumpah-tumpah. Nggak tahu kenapa, di KL ini porsi makanannya banyak banget.

Setelah makan, kami mau lanjut ke Twin Tower. Mulai drama lagi dengan driver Grab. Dua kali cancel, dan nunggu lama. Kaki sudah sakit jalan kaki. Akhirnya kami ngegembel di depan pintu masuk Quill City Mall. Beruntung, saat sudah hopeless, ada juga driver yang nyangkut. Jadi juga ke Twin Tower. Nggak lama-lama. Sebentar saja. Foto foto. Lalu beli makanan di pinggir jalan. Pempek kering dan es krim. Tapi, minumannya asli enak. Es Jeruk nipis manis dan asam campur jadi satu. Pake tamboh-tamboh.

Setelah lama, nyari Grab lagi, nggak dapat-dapat juga driver. Kami mulai nanyain teksi-teksi di sekitaran KLCC. Gila, mahal-mahal banget. Mereka minta RM40 atau kurang lebih Rp136,000. Alasannya macet. Kami kekeuh nggak mau dan lanjut nyari terus. Ada teksi baru turunin penumpang. Kami tawar antar ke hotel RM20. Mau. Ya udah. akhirnya pulang juga (END)




Comments

Popular posts from this blog

Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)

Perihal Menumbuhkan Semangat