Posts

Image
Malaysian Trip 2019  (Day I) Pekerjaan sehari-hari sudah sampai pada level yang sangat menggerahkan. Jenuh. Kepala ini butuh asupan yang adem-adem. Saya dan istri sudah lama berencana untuk pergi liburan. Pilihan pertama adalah Jogjakarta. Pilihan kedua, Tanjungpinang. Pilihan ketiga, Padang. Pilihan terakhir adalah Malaysia. Akhirnya, setelah melewati berbagai macam pertimbangan, kita memilih Kuala Lumpur sebagai destinasi wisata kita tahun ini. Persiapan Saya dan istri sudah memiliki paspor sejak tahun lalu. Istri sudah pernah ke Singapore, saya ke Thailand. Jadi, untuk masalah paspor sudah clear. Eh, tapi, dengan adanya penambahan anggota keluarga, harus ada paspor juga dong. Mulai lah kita siapkan segala sesuatunya. Agak ribet memang, karena kita belum punya Kartu Keluarga (KK). AKte kelahiran anak juga belum ada. Jadi yang pertama harus diurus adalah surat pindah dari Riau ke Sumut agar bisa mengurus KK. Skip, skip. Karena yang bantu urus adalah keluarga di Riau, pros

Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)

Image
Sutradara: Chaerul Umam Skenario: Asrul Sani Sudah berkali-kali saya mendengar film ini. Namun belum sekalipun saya tertarik. Dilihat dari masanya, banyak orang akan menyangka bahwa ini adalah sebuah film horror. Ternyata tidak. Ini adalah sebuah film drama yang jauh dari persoalan hantu-hantuan maupun hal mistis lainnya. Sepanjang film saya bertanya-tanya, mengapa penggambaran cerita dan karakter tokohnya sangat familiar sekali? Bentuk rumah, kedai, selempang sarung dan kerudungnya sangat mirip dengan setting film Sitti Nurbaya (1991) dan Sengsara Membawa Nikmat (1991). Pada akhir film, terjawab bahwa setting cerita ini memang ada di Sumatera Barat. Dengan lokasi syuting tepatnya di Tanjung Raya, Lubuk Basung, Kabupaten Agam. Cerita bermula ketika Ibrahim (El Manik) hendak menuju kampong Tanjung Baringin untuk menjadi guru agama di kampong tersebut. Di tengah jalan ia bertemu dengan seorang laki-laki setengah baya yang menawarinya minum. Saat dijelaskan mengena

Hostiles (2017)

Image
“Sometimes I envy the finality of death. The certainty. And I have to drive those thoughts away when I wake” Penggalan dialog yang diucapkan oleh Rosalie Quaid (Rosamund Pike) tersebut sedikit menggambarkan warna film ini. Mendung. Gelap. Suram. Kematian memang merupakan sebuah keniscayaan. Sedangkan hidup hanya memunculkan ketakutan-ketakutan. Ketidakpastian. Kematian seperti apakah yang menunggu kita di ujung sana? Apakah kita akan mati disamping orang-orang yang kita cintai? Film ini merupakan perjalanan. A journey to a place called as acceptance . Sebuah penerimaan dan pembukaan diri. Captain Joseph J. Blocker (Christian Bale) adalah seorang perwira tentara yang ditugaskan mengantar seorang tawanan. Seorang Chief suku Cheyenne, beserta keluarga pulang ke tanah kelahirannya, Montana. Chief ini mengidap kanker dan ingin meninggal dengan damai di sana. Tugas ini sempat ditolak mati-matian oleh Blocker. Bagaimanapun juga, Chief Yellow Hawk (Wes Studi) sudah ba

Perihal Menumbuhkan Semangat

Image
Saat ini saya dipercaya memimpin sebuah anak cabang perusahaan yang berlokasi di Sumatera Utara. Cabang ini sudah berdiri sejak hampir 3 tahun lalu, namun aset yang dimiliki masih sangat kecil dibandingkan cabang lain dengan usia yang sama. Apa penyebabnya? Sejujurnya saya belum membedah secara detail permasalahan yang terjadi di kantor ini. Saya baru melakukan serah terima jabatan dengan pimpinan cabang sebelumnya pada akhir bulan Mei. Namun sedikit banyaknya saya sudah bisa menarik benang merah penyebab cabang ini lambat bertumbuh.  SPIRITLESS Pertama kali saya memasuki cabang ini, saya merasakan tidak adanya semangat kerja para karyawan. Semuanya lesu. Mulai dari level staff sampai supervisor. Beberapa karyawan datang ke kantor telat dan tidak ada kabar. Morning briefing (motivasi pagi) memble. Sorenya tidak ada evaluasi. Situasi ini terus berulang setiap hari. Sehingga suasana kantor secara keseluruhan turut layu. Apa yang saya lakukan? Pertama, saya mewajibkan su

Kembali Menulis

Image
Dari Blog Edewasaja Iseng-iseng saya mencoba klik tautan di email saya mengenai blog ini. Ternyata blog ini masih ada. Saya saja sudah lupa.  Postingan terakhir tertera tahun 2012. Berarti sudah 5 tahun saya tidak aktif menulis (meskipun tulisan yang ada di blog ini pun tak seberapa 😁). Sudah banyak sekali cerita yang saya alami. Dari yang paling menyakitkan, sampai kepada momen yang menggembirakan. Saya menyadari, dengan kondisi pekerjaan saya sekarang, saya lebih memiliki banyak waktu luang. Mungkin saya akan menulis di blog saja. Saya mau bercerita tentang apapun. Cerita mengenai pekerjaan kantor, resensi buku, review film, atau apa saja yang terlintas di kepala saya. Saya jadi sedikit bersemangat. Semoga bukan di awal saja. 😅💪💪💪
Image
Kawat Bangunan Toko Sebelah Iseng-iseng motret suasana pagi dengan Samsung Galaxy Ace+Littlephoto Editor untuk memberi kesan sedikit lomo...

BANGKITLAH ANAK MUDA INDONESIA!!!!

Image
Ada satu hal yang menyentuh hati saya malam kemarin. Kick Andy, 2 Desember 2012, menghadirkan anak-anak muda yang mengikuti program Indonesia Mengajar dan menceritakan pengalaman mereka. Program ini bertujuan   mengirimkan tenaga pendidik-pendidik muda untuk mengajar di daerah-daerah pelosok dan terpencil di seluruh Indonesia. Membanggakan dan mengharukan, itulah kesan pertama yang saya dapatkan mendengarkan pengalaman-pengalaman mereka yang mengikuti program ini. Tidak pernah terpikirkan, ditengah rasa pesimisme akan kebangkitan Indonesia, ternyata ada anak-anak bangsa yang berani berbuat untuk negerinya. Mau berpikir dan berbakti demi dunia pendidikan. Ada Patrya, Agus, dan Ayu. Usia mereka rata-rata dibawah 25 tahun. Seumuran dengan saya. Patrya ditempatkan di sebuah tempat terpencil. Sebuah desa pesisir yang, menurut Patrya, air bersih, listrik, dan sayur adalah barang mewah untuk ukuran disana. Bayangkan, untuk membeli sayur saja penduduk disitu harus menyeberang ke desa te