BANGKITLAH ANAK MUDA INDONESIA!!!!

Ada satu hal yang menyentuh hati saya malam kemarin. Kick Andy, 2 Desember 2012, menghadirkan anak-anak muda yang mengikuti program Indonesia Mengajar dan menceritakan pengalaman mereka. Program ini bertujuan  mengirimkan tenaga pendidik-pendidik muda untuk mengajar di daerah-daerah pelosok dan terpencil di seluruh Indonesia. Membanggakan dan mengharukan, itulah kesan pertama yang saya dapatkan mendengarkan pengalaman-pengalaman mereka yang mengikuti program ini. Tidak pernah terpikirkan, ditengah rasa pesimisme akan kebangkitan Indonesia, ternyata ada anak-anak bangsa yang berani berbuat untuk negerinya. Mau berpikir dan berbakti demi dunia pendidikan.

Ada Patrya, Agus, dan Ayu. Usia mereka rata-rata dibawah 25 tahun. Seumuran dengan saya. Patrya ditempatkan di sebuah tempat terpencil. Sebuah desa pesisir yang, menurut Patrya, air bersih, listrik, dan sayur adalah barang mewah untuk ukuran disana. Bayangkan, untuk membeli sayur saja penduduk disitu harus menyeberang ke desa tetangga selama satu jam setengah. Nah, jika sayur saja susah, bagaimana dengan pendidikan? Tentu jauh lebih susah. Namun Patrya selama setahun mau dan mampu mengabdi disana sebagai pendidik.

Lain lagi cerita Agus. Ia ditempatkan di Pulau Rupat Bengkalis, Riau. Tepatnya di dusun Hutan Samak. Dusun, yang menurut pandangan masyarakat sekitar tempat tersebut, kurang bersahabat dengan pendatang. Takut diracun lah, di santet, dan sebagainya. Anak-anak muridnya, menurut Agus, banyak yang offside alias terlambat belajar. Ada anak kelas satu SD berumur 14 tahun, kelas enam ada yang berumur 21 tahun. Itulah tantangan yang harus dihadapi. Tapi dia survive. Di tengah kebutaan masyarakat tentang pentingnya pendidikan, ia mampu perlahan-lahan merubah cara pandang tersebut.

Sebenarnya saya malu, karena sebagai putra Riau. Saya belum pernah sekalipun menjejakkan kaki ke Bengkalis, apalagi sampai ke Pulau Rupat seperti Agus. Selain itu saya juga miris. Ternyata Provinsi Riau yang terkenal kaya dengan hasil minyaknya, masih banyak yang belum tersentuh dengan pendidikan. Entah apa yang ada di pikiran penguasa di Pekanbaru sana. Apakah mereka mengetahui fenomena ini atau tidak, saya tidak tahu. Tepatnya tidak mau tahu. Karena seharusnya mereka lah yang pertama sekali memperhatikan kondisi masyarakatnya. Bukan orang lain.

Yang terakhir, ada Ayu yang ditempatkan di Maluku Utara. Di tempatnya mengajar, ia harus berjuang menanamkan keinginan belajar terhadap anak didiknya. Ia rela meninggalkan pekerjaannya yang mapan di sebuah Multi National Corporation di Singapura hanya untuk mengikuti program Indonesia Mengajar yang digagas Anies Baswedan ini. Dengan ilmu yang dimilikinya, ia dituntut menumbuhkan energi positif anak-anak didiknya untuk semangat belajar. Kreatifitas dan inovasi adalah dua hal yang harus dimiliki untuk mencintai pekerjaan disana. Ayu bercerita bagaimana ia berusaha mengubah agar anak-anak didiknya tidak lupa membawa buku atau pena ke dalam kelas. Semuanya ia lakukan dalam waktu setahun. Dan sepertinya, ia berhasil. Tidak hanya supaya mereka tidak lupa membawa buku, namun juga agar keinginan mereka selalu menuntut ilmu sampai mereka dewasa nanti, tidak padam begitu saja.

Yang ingin saya tekankan disini adalah rasa bangga saya terhadap mereka. Di umur mereka yang relatif masih muda, mereka sudah melakukan sesuatu yang berguna untuk bangsa. Sedangkan saya? Saya baru bisa apa? Saya juga ingin seperti mereka. Ingin memberikan kontribusi positif di tengah carut marut bangsa ini. Apa saja yang harus saya lakukan? Bagaimana saya melakukannya? Masih sebuah tanda tanya besar bagi saya. Tapi saya bertekad, saya HARUS berbuat!

Maju Anak Muda Indonesia, Bangkitkan Semangat di sekelilingmu.

Jadikan Indonesia lebih baik.

Comments

  1. Lu ikut jd instruktur aj di English Club gw,untuk usia SD kok.Lai namuah, di tampek gw yo

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)

Perihal Menumbuhkan Semangat